CEREBRO VASCULAR ACCIDENT
( STROKE )
I.
DEFENISI
-
STROKE adalah
syndrome yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat, berupa deficit
neurologist fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih /langsung
menimbulkan kematian dan semata – mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak non traumatic.
(Kapita Selekta Kedokteran , Jilid 2. 2000)
-
STROKE adalah serangan otak, apopleksia serebral sangat
panas, sindrom akibat pemanjanan terhadap panas secara berlebihan, ditandai
dengan kelemahan tujuh keliling (vertigo), nyeri kepala, rasa mual dan kolaps
peredaran darah perifer biasanya terjadi karena kegiatan fisik di lingkungan
panas, sengat matahari, sejenis sengat panas akibat terpajannya seseorang pada
terik sinar mtahari, ditandai dengan hiperpireksia tinggi, kelemahan, kejang
dan koma.
(Kamus Kedokteran, 2000)
II.
ETIOLOGI.
Stroke terjadi karena beberapa
hal yaitu :
1. Iskemia / infrack
a. Trombosit
merupakan penyebab stroke yang paling sering (40 %) dari local dinding pembuluh
darah akibat ateriklerosis. Proses ateroklerosist ditandai oleh plak berlemak
pada lapisan intima asteri selebri menjadi tipis dan berserabut sedangkan sel –
sel ototnya menghilang. Laminan elastika interval robek, dan terjumpas,
sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut, plak
cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung.
b. Embolisme, merupakan penyebab stroke
urutan ke dua banyaknya emboli selebri berasal dari suatu thrombus dalam
jantung selain itu emboli juga berasal dari plak ateromatus sinus karaktikus
atau arteria karofis interna.
c. Artritis,
merupakan akibat radang pembuluh darah
pada otak
2
Perdarahan
otak
· Intra
cerebral (PIS) à akibat
hipertensi
· Sub arahnoid (PSA) biasanya akibat aneurisma atau AVM
(Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi 3, Jakarta : Media Aesalaplus.FKUI.2000)
III.
PEMBAGIAAN STROKE
- TIA (Transient Ischemic Acut )
Ditandai
oleh gangguan neurologis fokal yang berakhir dalam beberapa menit atau jam,
sering kurang 24 jam. Gangguan ini dapat sembuh spontan tanpa gejala sisa atau
berkembang menjadi “ complete stroke “ dalam beberapa bulan atau lebih. Biasanya
identik pada angina pictoris IMA
- RIND ( Residual Ischemic Neurologic Defisit)
Sama dengan
TIA tapi berlangsung lebih dari 24 jam dan sembuh sempurna dalam waktu kurang
dari 3 minggu
3
Complete Stroke
Stroke dengan defisit neurologis berat dan memetap,
mencapai puncaknya dalam waktu 6 jam dengan penyembuhan tidak sempurna dalam
waktu lebih 3 minggu
4
Progresive Stroke
Stroke dengan defisit neurologis fokal yang terjadi
bertahap dan mencapai puncaknya dalam waktu 24 – 48 jam atau 96 jam dangan
penyembuhan tidak sempurma dalam waktu lebih dari 3 minggu.
IV.
FAKTOR - FAKTOR RESIKO
- MAYOR
a.
Hipertensi
b.
Kelainan janrung
c.
Diabetes militus
- MINOR
a.
Hiperlipidemia
b.
Rokok
c.
Hematokrit meningkat
d. Lain – lain : Usia, alcohol, pil
kontrasepsi, obesitas
V.
PATOFISIOLOGI.
VI.
MANIFESTASI KLINIS.
Gejala neurologist yang timbul
pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya, Manifestasi klinis
stroke dapat berupa :
a. Kelumpuhan wajah / anggota yang timbul
mendadak.
b. Gangguan
pada sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak struktur mental (letargi,
stopor / koma).
d. Afasia
(bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan ).
e. Disatria (bicara pelo atau cadel).
f.
gangguan penglihatan (diplopia.)
h.
vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala.
(Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 Edisi 3, Jakarta : Media Aesalaplus,
FKUI )
VII.
PENATALAKSANAAN.
A.
prinsip penatalaksanaan stroke iskemik :
1.
membatasi atau memulihkan iskemia akut yang sedang
berlangsung (3 – 6 jam) menggunakan trombolisis dengan RT – PA.obat ini hanta untuk
stroke iskemik dengan waktu onset < 3 jam dan hasil ct scan normal.
2.
mancegah
perburukan neurologist yang berhubungan dengan stroke yang masih berkembang
(jendela terapi sampai 72 jam). Pemburukan klinis disebabkan oleh salah
satu mekanisme berikut ini :
-
edema yang progresif dan pembengkakan akibat
infark, terapi dengan monitor bermanfaat hindari cairan hipotonik, steroid
tidak efektif.
-
Ekstensi
teratasi infrak. Heparin dapat mencegah trombosis yang progresif dan
optimalisasi status volum dan tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan
perfusi.
-
Korversi
hemorogis. Jangan memberikan obat anti koogulen pada px dengan resiko tinggi
selama 48 – 72 jam pertama setelah omset stroke. Bila ada hipertensi berat
obati px dengan obat anti hipertensi.
3.
mencegah
stroke berulang dini. Terapi dini yang heparin dapat mengurangi resiko stroke
berulang dini pada px dengan kardio emboli.
B.
Protocol penatalaksanaan stroke hemoragik :
1.
singkirkan kemungkinan koagulapasi : pastikan hasil
protrombin dan masa trombuplastin parsial adalah normal.
2.
kendalikan
hipertensi : pendekatan pengendalian tekanan darah yang paling agresif
dilakukan pada px dengan perdarahan intra serebral akut. Tekanan darah
sistolik > 180 mmhg haarus diturunkan sampai 150 – 180 mmhg.
3.
pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila : perdarahan
sereblum diameter lebih dari 3 cm atau volume 50 ml. untuk dekompresi atau
pemasangan pintoran vertikula, peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut
atau kuping aneurisma.
4.
pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma
/ malformak artesio venosa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada px usia muda
(< 50 th).
5.
berikan
monitol 20 % (1 kg / kg bb, IV dalam atau tanda – tanda tekanan intra cranial
yang meninggi).
6.
pertimbangkan
fenitoin (10 -20 mg / kg bb IV) kecepatan maksimal 50 mg / mnt atau peroral.
7.
pertimbangkan
terapi hiprolemik dan himodipin mencegah vasospasme bila secara klinis.
8.
perdarahan intra serebral.
-
Obati
penyebabnya.
-
Berikan neuroportektori.
- Turunkan tekanan intra cranial yang
tinggi.
9.
perdarahan
sub araknoid. Himodipin dapat memberikan untuk mencegah vasospasme pada
perdarahan sub araknoid primer akut.
10.
tindakan
operasi data dilakukan pada perdarahan sub araknoid stadium 1 dan 11 akibat
pecahnya aneorisma sekuler
VIII.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. gangguan aktifitas fisik b/d melemahnya
fungsi neuromuskuler.
2. gangguan kurang perawatan diri b/d
kelemahan pada ekstrimitas
3. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan disfagia, tidak mampu makan sendiri karena kelumpuhan
ektrimitas
IX.
INTERVENSI
DX I
1. gangguan aktifitas fisik b/d melemahnya
fungsi neuromuskuler.
INTERVENSI
1. lakukan pendekatan padapx dan keluarga.
R/ untuk
membina hubungan saling percaya pada px dan keluarga.
2. jelaskan pada keluarga tentang kondisi px
saat ini.
R/ agar
keluarga mengetahui kondisi px saat ini.
3. ajarkan posisi px dengan mika – miki.
R/ untuk mengurangi pemburukan
sirkulasi darah dan mengurangi dekubitus.
4. tempatkan bantal dibawah aksila untuk
melakukan abduksi pada tangan.
R/ mencegah aduksi bahu dan
fleksi siku.
5. kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi antibiotic.
R/ untuk menghilangkan
spastisitas pada ektremitas yang terganggu.
DX II
2. gangguan kurang perawatan diri b/d kelemahan
pada ekstrimitas
INTERVENSI
- lakukan
pendekatan pada px dan keluarga.
R/ untuk membina hubungan
saling percaya pada px dan keluarga.
- Ajarkan
keluarga px dalam merawat px.
R/ membantu dan mengantisipasi
kebersihan dan kesehatan px.
- Berikan HE tentang personal hygiene kepada keluarga px.
R/ memberikan pengetahuan
kepada keluarga px tentang kebersihan diri.
- identifikasi
kemampuan px dalam merawat integritas kulit px.
R/ menjaga kebersihan px.
- identifikasi
kebiasaan BAB dan BAK px sebelumnya.
R/ menjaga terjadinya
konstipasi dan sembelit.
- kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat.
R/ untuk mempercepat proses penyembuhan.
DX III
3.
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan disfagia, tidak mampu makan sendiri karena kelumpuhan
ektrimitas
INTERVENSI
1. lakukan pendekatan pada px dan keluarga.
R/ untuk membina hubungan
saling percaya pada px dan keluarga.
2. Timbang BB setiap hari.
R/ untuk mengevaluasi
efektifitas terapi.
3. Bila terjadi disfagia, tempatkan pasien
pada posisi tegak dan tempatkan makanan di balik lidah
R/ . untuk
mempermudah menelan
4. Berikan makanan halus
R/ makan halus lebih mudah
ditelan karenabentuknya semi cair
6. bila terjadi aspirasi pada pemberian
makanan per oral, pasang NGT.
R/ pemberian makanan lewat
selang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan jarang terjadi aspirasi
7. kolaborasi dengan tim medis lainnya
R/ mempercepat penyembuhan
DAFTAR
PUSTAKA
-
Doenges. MC
.Muor Hose MF dan Geissles, AC, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Jakarta EGC
1999.
- Prince S.A dan Wilson L.M Patofisiologi
Jilid 2 . Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta
EGC 1995.
-
Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 2 (Edisi 3) Jakarta : Media Aesalaplus. FKUI.
2000.
0 Response to "Cerebro Vasculer Accident"
Posting Komentar