Asma adalah penyakit paru dengan
karakteristik :
- Obstruksi saluran pernafasan yg reversible
- Inflamasi saluran pernafasan
- Peningkatan respon saluran pernafasan thd berbagai rangsangan
Penggolongan asma tergantung pada derajat
penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya (aspek akut). Berdasar
derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi
(1)
asma episodik jarang,
(2)
asma episodik sering dan
(3)
asma persisten.
Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi
(1) serangan asma ringan,
(2) sedang dan
(3) berat.
1.
ETIOLOGI
♪
Faktor Ekstrinsik : reaksi antigen antibodi,
inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu binatang)
♪
Faktor Intrinsik : infeksi para influenza
virus,pneumonia, mycoplasma, dari fisik,
cuaca dingin, perubahan temperatur, iritan, kimia, polusi udara, emosional :
takut, cemas, dan tegang, aktivitas berlebih juga sebagai faktor pencetus
2.
MANIFESTASI KLINIS
•
Wheezing, Tachypnea, Orthopnea
•
Dyspnea dg lama ekspirasi, cuping hidung, retraksi
dada,
•
Batuk kering
•
Gelisah,
•
Nyeri abdomen
•
Tidak toleran thd aktivitas
•
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior
•
Serangan yang tiba –tiba atau berangsur
3.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Uji fungsi paru dengan
spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma dapat ditegakkan bila
didapatkan :
o
Variasi pada PFR (peak
flow meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1 (forced expiratory volume
1 second = volume ekspirasi paksa pada detik pertama) ≥ 15%
o
Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau
FEV1 setelah pemberian inhalasi bronkodilator
o
Penurunan ≥ 20% pada PFR atau
FEV1 setelah provokasi bronkus.
-
Pemeriksaan Ig E dan
eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai normal akan menunjang
diagnosis
-
Foto toraks untuk
melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya komplikasi pada saat serangan.
Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan asma
persisten atau sulit diatasi.
4.
PENANGANAN
Pada serangan asma akut yang berat yang kita lakukan :
1. Berikan oksigen
2. Nebulasi dengan b-agonis
± antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali pemberian.
3. Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan
elektrolit bila ada
4. Berikan steroid intra vena secara bolus,
tiap 6-8 jam
5. Berikan aminofilin intra vena :
♪
Bila
pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal
6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml
dalam 20-30 menit
♪
Bila
pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan
separuhnya.
♪
Bila
mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml
♪
Selanjutnya
berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam
6. Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi
diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan pemberian steroid dan aminofilin dapat
per oral
7. Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil,
pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat b-agonis
(hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu
steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24 –
48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pidiatrik Edisi 2,
Jakarta : EGC, 1996
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC, 1995
Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta, 1991
Mansjoer, A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3,
Media Aesculapius, Jakarta
0 Response to "Asma Pada Anak"
Posting Komentar