PENGERTIAN
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang
meningkat dari trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan
manifestasi berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang
menyeluruh dari saluran nafas.(United States National Tuberculosis Association,
1967).
ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti,
suatu hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena
hiperreaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi. Karena sifat inilah maka serangan
asma mudah terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisis, metabolik, kimia,
alergen, infeksi dan sebagainya.
Rangsangan atau pencetus yang sering menimbulkan asma perlu
diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan. Fakrtor-faktor tersebut adalah :
1. Alergen utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari
rerumputan
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, polutan
3. Infeksi salutran nafas terutama yang disebabkan oleh
virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrim
5. Kegiatan jasmani yang berlebihan
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Emosi
9. Lain-lain seperti refluks gastro esofagus.
PATHOFISIOLOGI
Pencetus serangan
(alergen,
emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
¯
·
Kontraksi otot polos
·
Edema mukusa
·
Hipersekresi
¯
Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)
¯
·
Hipoventilasi
·
distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi
darah paru
·
Gangguan difusi gas di alveoli
¯
·
Hipoxemia
·
Hiperkarpia
TANDA DAN GEJALA
Objektif :
·
Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai
wheesing
·
Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar
dikeluarkan
·
Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan
·
Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus
·
Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di
apeks dan hilus)
Subyektif :
·
Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan
anoreksia
Psikososial :
·
Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung
·
Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi
penyakitnya
Hasil Pemeriksaan
Spirometri : Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak 20 %
Pemeriksaan Radiologi : Pada umumnya normal.
Dilakukan tindakan bila ada indikasi patologi di paru,
misalnya: Pneumothorak, atelektasis, Dll.
Analisa Gas darah : Hipoxemia, Hiperkapnia, Asidosis
Respiratorik.
Pemeriksaan Sputum :
·
Adanya eosinofil
·
Kristal charcot Leyden
·
Spiral Churschmann
·
Miselium Asoergilus Fumigulus
Pemeriksaan darah : Jumlah eosinofil meningkat.
PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial:
1.
Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus
diperhatikan :
·
Saatnya serangan
·
Obat-obatan yang telah diberikan (macam obatnya
dan dosisnya)
2.
Pemberian obat bronchodilator
3.
Penilaian terhadap perbaikan serangan
4.
Pertimbangan terhadap pemberian kortikosteroid
5.
Setelah serangan mereda :
·
Cari faktor penyebab
·
Modifikasi pengobatan penunjang selanjutnya
OBAT-OBATAN
1. Bronchodilator
Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara
oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah
digunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminofilin
secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila
sebelumnya telah digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan
obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat-obat bronchodilator golongan
simpatomimetik bentuk selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin,
Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif
dan masa kerja lebih lama serta efek
samping kecil dibandingkan dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin,
Isoprendlin)
·
Obat-obat Bronkhodilatator serta aerosol bekerja
lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik digunakan untuk sesak
nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mua diberikan 2 sedotan dari suatu
metered aerosol defire (Afulpen metered aerosol). Jika menunjukkan perbaikan
dapat diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai 10 - 15 menit berikan aminofilin
intravena.
·
Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik
memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus
hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan
serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000
secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan (1mg per mil ) dapat diulang
tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan.
·
Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal
5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak, disuntikan perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit.
untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek samping TD menurun
bila tidak perlahan-lahan.
2. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat
bronkhodilatator tidak menunjukkan perbaikan, dilanjutkan dengan pengobatan
kortikosteroid . 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3 - 4 mg/kg BB
intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2 - 4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30 - 60 mg prednison atau
dengan dosis 1 - 2 mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian
dosis dikurangi secara bertahap.
3. Pemberian Oksigen
Melalui kanul hidung dengan
kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti
Gliserolguayakolat dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik
cairan peroral dan infus harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik
diberikan bila ada infeksi.
Prioritas masalah
Keperawatan :
1.
Mempertahankan jalan nafas
2.
Mengkaji untuk fasilitas pertukaran gas/ gangguan
pertukaran gas
3.
Meningkatkan intake nutrisi
4.
Mencegah komplikasi, kondisi progresif yang lambat
5.
Berikan imformasi tentang proses penyakit
6.
Cemas
Diagnosa Keperawatan
yang mungkin timbul :
1.
Gangguan jalan nafas sehubungan dengan Brokhospasme,
peningkatan produksi sekret ( sekret yang tertahan, kental) , menurunnya
energi/fatique.
2.
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan kurangnya
suplai oksigin (obstruksi jalan nafas karena sekret, bronkhospasme, air
trapping) obstruksi alveoli.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan
dengan dyspnea, fatique, efek samping obat-obatan, produksi sputum, anoreksia,
nausea/vomiting.
4.
Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan primer (penurunan aktifitas, cilia, statis sekret) tidak
adekuatnya kekebalan (destruksi jaringan, proses penyakit kronik, malnutrisi).
5.
Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) , kondisi
kesehatan, pengobatan, kurang imformasi.
6.
Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan
cemas.
7.
Ganguan aktivitas sehubungan dengan tidak seimbangnya
kebutuhan dan pemenuhan oksigen.
daftar pustaka
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.
Amin
muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Blac,MJ
Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc
Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.
Barbara
Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC.
Jakarta.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan
Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Soeparman,
Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Sylvia
Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.
Yunus Faisal.
(1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.
12Bet Casino Review 2021 - No Wagering Requirements
BalasHapusDetailed information about fun88 vin 12bet Casino and their bonus features including 12bet deposit, withdrawal, bonuses, and more. Find out why players betway like it here.